
Tokyo, sebagai layaknya ibukota suatu negara, menjadi pusat pemerintahan sekaligus tempat mengadu nasib banyak orang. Selain itu, dengan segala kehidupan modern dan tempat-tempat yang menarik, kota ini adalah salah satu destinasi pariwisata utama di kawasan Asia.
Biaya hidup yang tinggi, menjadi salah satu kendala untuk orang-orang yang mencari peruntungan di Tokyo. Mereka harus bisa bersaing, sekaligus bertahan. Lembaga sumber daya manusia, Employment Conditions Abroad (ECA) pun menjadikannya sebagai kota dengan biaya hidup termahal di dunia.
Dari 10 besar kota termahal di dunia, Jepang menempatkan tiga kota di dalam daftar tersebut. Selain sang Ibukota, ada Nagoya yang berada diperingkat ketiga, Yokohama diperingkat kelima, serta Kobe yang menduduki posisi kesembilan.

Tempat tinggal menjadi salah satu elemen yang paling memberatkan untuk mencoba hidup di Tokyo. Biaya sewa tempat tinggal dan apartemen sangatlah mahal. Tak heran jika tak sedikit penduduknya yang memilih tinggal di internet cafe atau warnet karena tidak mampu membayar sewa tempat tinggal.
Biaya mahal, tentu ada konpensasi yang didapat. Menurut data yang dirilis oleh Economist Intelligence Unit, Tokyo dinilai sebagai kota paling aman di dunia dalam hal keamanan digital, kesehatan, infrastruktur dan keamanan pribadi.
Bukan berarti tidak ada kejahatan, namun tingkat kriminalitas di Ibukota Jepang itu terbilang rendah, jika dibandingkan dengan kota-kota lainnya. Selain Tokyo, Jepang juga menempatkan Osaka sebagai salah satu kota yang paling aman di dunia.

Ranking yang dibuat oleh The Economist ini terdiri dari 50 kota di dunia. Mereka dipilih berdasarkan representasi daerah dan data yang tersedia. Penilaian pada bidang keamanan digital, mereka mengukur kualitas keamanan cyber kota ini, frekuensi pencurian identitas, dan faktor-faktor lain yang berhubungan dengan keamanan digital.
Selanjutnya pada bidang Jaminan kesehatan mereka melihat presentase rata-rata usia harapan hidup warga kota serta rasio tempat tidur rumah sakit dengan besarnya populasi. Bagian infrastruktur melihat faktor-faktor seperti kualitas jalan dan jumlah orang yang meninggal karena bencana alam.
Sementara pada kategori keselamatan pribadi, dilihat dari langkah-langkah keamanan yang lebih tradisional seperti kejahatan, tingkat keterlibatan polisi, dan jumlah kejahatan kekerasan.